Peningkatan Indonesia

Saya menemukan artikel ini di situs www.economist.com, salah satu majalah analis ekonomi yang paling bisa dipercaya di dunia ini. (Source Here) Walaupun begitu, Economist.com terkadang bisa berbuat salah dalam membuat suatu prediksi. Di Kuartal pertama, tanpa disangka-sangka Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ternyata tumbuh 4,4% yang merupaan pertumbuhan ekonomi tertinggi di ASIA (setelah Cina dan India), dan saya optimis ekonomi Indonesia pada tahun ini akan meningkat 4,5-5% pada tahun 2009 tidak 2,4% seperti economist.com memprediksikan. Tapi walaupun begitu, artikel ini cukup menarik untuk disimak. Dan artikel ini sudah saya alihbahasakan ke bahasa Indonesia. Selamat membaca!!




Ramalan Menjanjikan untuk Ekonomi Indonesia ke depannya


Walaupun keadaan ekonomi dunia mengalami kelesuan, Tetapi sepertinya itu tidak terjadi pada Indonesia. Unit Intelegensi Ekonomi (Economist Inteligence Unit) sudah memprediksi akan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. Pada kuartal pertama tahun 2009 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara mengejutkan tumbuh 4,4% dari tahun ke tahun. Peningkatan GDP ini terutama disebabkan oleh komsumsi pihak swasta. Kita sekarang bisa berharap bahwa GDP tahun ini akan meningkat 2,4%, dibandingkan prediksi kita sebelumnya yaitu berkontraksi 1,4%. Kita sekarang berharap pertumbuhan itu akan semakin cepat hingga 3,2% pada tahun 2010, naik 0,5% dibanding sebelumnnya.

Ada Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan komsumsi pihak swasta, yang mana menyumbangkan andilnya sekita 60% dari total GDP. Salah satunya adalah paket stimulus yang diberikan oleh pemerintah sebesar Rp. 71,3 trilyun (US $ 6,9 bilyun), yang mana digunakan untuk transaksi dan peningkatan gaji pegawai negeri, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemudian penurunan harga BBM dan Sembako. Dan terahhir adalah, Peningkatan Komsumsi luar biasa yang terjadi selama Pemilhan Legislatif bulan april yang lalu dan pemilihan presiden bulan juli mendatang. Komsumsi pihak swasta lah yang membangkitkan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama, meningkat 5,8% dari tahun ke tahun dan memberikan kontribusi 3,4%

Walaupun begitu, Ekonomi Indonesia tetap menghadapi tantangan yang cukup signifikan.Fixed Investment, yang memberikan kontribusi hanya 0,8% pada kuartal pertama, akan berkontraksi tahun ini karena perusahaan domestik mengalami kesulitan untuk mendapatkan modal. Di awal krisis global, Banyak perusahaan domestik mendapatkan hampir setengah modalnya dari modal asing. Investor asing yang awalnya meyediakan dana begitu besar untuk investasinya, sekarang sibuk untuk menjual asset2nya untuk membayar investasi mereka yang rugi akibat krisis global, yang mana akhirnya meyebabkan kesulitan pihak domestik untuk mendapatkan modal dan berujung pada rencana investasi domestik yang tertunda.

Sementara, eksporter Indonesia harus bersiap-siap menghadapi kontraksi yang tajam pada perdagangan global di tahun 2009. Setelah Neraca Perdagangan dunia menurun hingga 19,1% pada kuartal pertama tahun ini, Penurunan paling tajam sepanjang dekade. Ekspor Barang kerajinan tangan Indonesia akan menurun pada akhir 2009 dikarenakan penurunan permintaan dari luar dan harga yang melemah untuk semua komoditi yang dijual oleh Indonesia ke luar.Pada akhirnya, Penurunan jumlah ekspor, akan menyebabkan perusahaan yang bergerak di bidang ekspor, akan memotong kembali investasinya dan akan mem-PHK sejumlah karyawannya. Walaupun begitu, Indonesia tetap mengalami peningkatan ekonomi dikarenakan adanya penurunan harga BBM, bersama dengan kontraksi sejumlah investasi domestik, akan menekan harga impor. Yang menyebabkan , surplus perdagangan tetap stabil hingga tahun 2009.



Resiko-resiko

Ada resiko-resiko yang menyebabkan prediksi peningkatan ekonomi Indonesia ini malah berbalik menjadi penurunan. Pertama, Krisis finansial global bisa saja bergerak semakin dalam dan akan menyebabkan efek negative yang lebih besar yang akibatnya terhambatnya aliran dana ke Indonesia. Kedua, walaupun nilai tukar rupiah terhadapa dollar sudah terapresisasi dan mengalami penguatan sejak tengah maret lalu, tetapi tetap ada kemungkinan melemahnya nilai tukar rupiah tersebut. Efek dari menurunya nilai tukar rupiah adalah berkurangnya daya beli sebagian masyarakat Indonesia. Rupiah yang melemah juga bisa membuat kesulitan perusahaan local untuk mendapat pinjaman obligasi dari pihak luar, sehingga meningkatkan resiko kebangkrutan. Ketiga, tetap ada resiko dari segi politik; andaikata kondisi ekonomi memburuk dan menyebabkan konflik social, maka penurunan investasi akan semakin dalam dalam banyak investor yang kehilangan kepercayaan terhadap Negara ini.


0 komentar:

Posting Komentar