KIA (Korea, Indonesia,Australia) : Kekuatan Menengah di Asia Pasifik.

Saya Mendapat link ini dari teman Saya, Ed, dari Sydney Australia. Selama ini dia sudah banyak memberikan link-link yang bagus mengenai Indonesia, dan juga sudah banyak memberikan kontribusi kepada GNFI. Saya sangat terkejut, karena Indonesia, yang selama ini sudah dimasukkan sebagai Negara G-20, E-7, BRIIC, dan Chindonesia dan masih banyak lagi, ternyata juga memiliki istilah lain untuk menunjukkkan kebangkitan ekonominya, yaitu KIA. KIA adalah kepanjangan dari Korea, Indonesia, dan Australia. Negara-negara ini dikatakan sebagai Negara terbesar ke 4,5,dan ke 6 ekonominya di Asia Pasifik. Ketiga Negara ini sering dianggap remeh jika dibandingkan dengan China, India, dan Jepang dan Amerika Serikat, yang merupakan Negara terbesar kekuatan ekonominya di dunia.

Untuk Lebih Jelas Mengenai KIA dan Analisisnya, silahkan anda membaca artikel ini.


Saya mendapatnya Sumbernya disini.


Sudah Saya alihabahasakan ke Bahasa Indonesia dari artikel aslinya yang berbahasa Inggris yang berjudul “
KIA — a brand new name for Asia’s middle powers

KIA - Sebuah nama baru untuk Kekuatan Menengah Asia

Jonas Parello-Plesner adalah penasehat senior untuk Pemerintah Denmark untuk hubungan Denmark-Asia dan baru-baru ini bertemu dengan ahli, Komentator dan pakar-pakar dalam integrasi Politik Negara-negara Asia Timur.

China and India (Chindia) adalah kata pertama kalau kita ingin membicarakan kebangkitan Asia.

Lalu bagaimana dengan KIA? Semua orang pasti menjawab bahwa itu merk sebuah mobil. Tapi selain itu, KIA bisa juga berarti nama baru bagi kekuatan menengah di Asia Pasifik; (K)orea, (I)ndonesia, dan (A)ustralia. Negara-negara ini dikatakan sebagai Negara terbesar ke 4,5,dan ke 6 ekonominya di Asia Pasifik. Ketiga Negara ini sering dianggap remeh jika dibandingkan dengan China, India, dan Jepang dan Amerika Serikat, yang merupakan Negara terbesar kekuatan ekonominya di dunia.

Jika kita lihat potensi Indonesia, yang merupakan Negara Demokrasi ketiga terbesar di dunia, Ekonomi Korea, dan Luas Australia yang merupakan sebuah benua, tentu saja wajar jika KIA dianggap sebagai kekuatan menegah di dunia yang cukup kuat dan patut diperhitungkan.Di Asia Pasifik, Negara ini terlalu kecil untuk dianggap sebagai Negara besar, tetapi juga terlalu besar untuk tidak diperhitungkan. Ketiga Negara ini sama-sama merupakan anggota G-20, sebuah forum yang sangat diperhitungkan dalam krisis financial global. DI forum G-20 Ketiga Negara ini duduk berdampingan bersama China, India dan Amerika Serikat.

Ketiganya memiliki ambisi tersendiri untuk meninggalkan jejak mereka dalam institusi Multilateral dalam hal membuat dan menyusun APC, G20 Caucus dan E8.


Seoul, Korea Selatan


Korea Selatan, yang sering dianggap sebagai “udang yang dikelilingi oleh paus-paus”,sangat berambisi untuk memegang peranan penting dalam hubungan multilateral di benua Asia, Lee Myung-bak sudah meluncurkan media New Asia Initiative yang sangat berfokus untuk memperkuat posisi Korea di Asia dan posisi Asia di dunia.

Korea Sendiri memletakkan posisinya bersama kekuatan besar lainnya-China dan Jepang- dalam ASEAN+3, yang sudah melakukan pertemuan tahun lalu. Korea diharapkan untuk terus melanjutkan langkahnya tersebut. ASEAN+3 juga menghasilkan kesepakatan bersama diantara Negara ASIA dan juga menghasilkan usaha bersama untuk merespon krisis ekonomi global dengan multilateralisasi Chiang Mai Iniative (pertukaran mata uang), yang diinisiasi oleh Korea. Korea juga melihat dirinya sebagai jembatan yang menghubungkan barat dengan Asia karena system demokrasinya dan aliansinya yang erat dengan Amerika Serikat.

Selain itu, Korea menganggap dirinya sendiri sebagai kekuatan kelas menengah untuk memediasi hubungan Global dengan Asia. Dan Korea Selatan, yang merupakan anggota G-20 akan bekerja keras untuk menyatukan Asia timur untuk memastikan suara Asia –jika memungkinkan – akan didengar. Korea sendiri melihat dirinya mampu mengakomodir kepentingan Negara-negara Asia yang lebih kecil. Dalam Peringatan hubungan ASEAN dan Korea pada bulan Juni kemarin, Korea sepertinya ingin menunjukkan kepentingannya terhadap ASEAN, yang menurut Korea, merupakan kelompok “udang”, sama seperti Korea, yang tidak merasa terancam satu sama lain.

Terpilihnya orang Korea Selatan, Ban-Ki-Moon, sebagai sekretaris Jenderal PBB,merupakan bukti bahwa Orang Korea secara umum disenangi di benua Asia.


jakarta, Indonesia


Indonesia pada masa ini juga menemukan kepercayaan dirinya, akibat kerberhasilannya dalam demokrasi, yang bisa dilihat dari kemampuan Indonesia melaksanakan Pemilu yang damai dikombinasikan dengan kebangkitan ekonomi Indonesia yang luar biasa di tengah badai krisis global.

Kepercayaan diri Indonesia ini, bisa kita lihat dari kebijakan luar negerinya yang baru. Direktur Eksekutif CSIS, Rizal Sukma baru-baru ini mengajukan suatu usul untuk membentuk E-8 (China, Jepang, India, Russia,Korea, Australia, Amerika Serikat, dan Indonesia) yang merupakan forum informal untuk menghubungkan kepentingan multilateral Negara ASEAN dan G-20.

Sukma juga berkata bahwa Indonesia memiliki kebijakan luar negeri yang lebih bebas dibandingkan yang dimiliki oleh Negara ASEAN lainnya serta Negara terdekatnya. Lambatnya proses Demokrasi dan rendahnya penghargaan terhadap hak asasi manusia di Negara ASEAN lainnya – walaupun sudah dibuat perjanjian dan komisi HAM di ASEAN – ditambah lagi instabilitas internal Thailand, sudah mengurangi peran ASEAN dalam integrasi regional antar Negara ASEAN. Indonesia sendiri sebagai kekuatan menengah di Asia Pasifik, menggangap bahwa kemerdekaan haruslah mendapat kedudukan yang tinggi di Asia.

Bagaimana ide dari CSIS ini bisa mendapat tempat dalam rencana pemerintah Indonesia, kita hanya bisa menunggu hingga Presiden Yudhoyono memulai pemerintahannya yang baru di bulan Oktober. Demokrasi, adalah kunci bagi Indonesia untuk meningkatkan pengaruhnya , sebagai kekuatan menengah, di tingkat Asia maupun di tingkat global.



Sydney, Australia

Australia ,disatu sisi, diwakili oleh PM Kevin Rudd, sedang mengajukan usul untuk dibentuknya sebuah forum yang disebut Asia Pacific Community (APC) sebagai komunitas bersama untuk mengatur dan memanajemen kekuatan-kekuatan di Asia Pasifik, serta kerja sama ekonomi dan keamanan.

APC juga merupakan kelanjutan niat Australian untuk lebih mendekat kepada Asia. Sebagai kekuatan utama di Negara Pasifik, Usul ini bisa dipertanyakan, sperti yang bisa kita lihat dari proses masuknya Australia dalam East Asia Summit, dimana mantan PM Malaysia, Mahathir Mohammad, sangat vocal untuk berkata bahwa Australia itu bukan lah Negara timur dan juga bukan Asia. Langkah Australia selanjutnya untuk mendekati Asia adalah usaha PM Rudd bertemu pemimpin Asia dalam East Asia Summit bulan Oktober nanti, untuk membicarakan rencana APC.

KIA : Sebagai Pendekatan bersama

KIA sampai sekarang ini belum merupakan kesatuan bersama. Tapi mungkin saja ketiga Negara ini sutu saat akan menyatukan gerakan mereka. Tapi sampai saat ini, Korea, Indonesia dan Australia masih meletakkan gerakan mereka secara tersendiri tanpa berkaitan satu sama lain. Selain itu, menurut mereka, sebagai kekuatan menengah, mereka merasa tidak cukup relevan dengan kepentigan individual mereka.

Dan ketiga Negara ini masimg-masing mempunyai kepentingan dan masalah tersendiri. Australia sebagai Negara Pasifik masih berjuang keras untuk menunjukkan ikatannya dengan Negara Asia lainnya. Indonesia, bahkan dengan kekuatan barunya, masih berusaha untuk menyebarkan semangat demokrasi dan kebebasannya kepada Negara ASEAN lainnya. Korea Selatan masih bergelut dengan hubungan yang unik dengan kembarannya, Korea Utara.

Seharusnya KIA mampu berkoordinasi dan bekerja sama. 2 area dimana KIA memliki persamaan dan mampu membuat perdamaian, adalah forum G-20 dan AFTA.

Pertemuan G20 bulan april yang lalu, diwarnai dengan diskusi dengan topic utama China sebagai kekuatan dunia baru. Fakta ini membuktikan bahwa Jika Asia bersatu maka Asia mampu menjadi kekuatan dunia. Tapi sayangnya sampai sekarang Negara di Asia Belum bersatu. Asia belum bersatu maupun berkoordinasi dalam menghadapi krisis ekonomi global. ASEAN sendiri tidak berperan, karena ketuanya, ketidakmampuan Thailand dalam menyelenggaran pertemuan ASEAN dan EAS. Jadi tidak ada dalam agenda G-20 untuk membicarakan kelanjutan nasib G-20. Inilah saatnya untuk memperbaikinya

Usul untuk G20 agar kekuatan besar di Asia agar bertemu dan berkoordinasi terlebih dahulu sebelum pertemuan G20 dan kemudian melaporkannya ke pertemuan Asia yang lebih besar (EAS,ASEAN+3). Korea sebagai tuan rumah pertemuan G20 berikutnya bisa meyakinkan usaha ini bisa terjadi. Indonesia bisa bekerja sama dengan Korea dan juga bisa meyakinkan bahwa Negara ASEAN lainnya tidak merasa terbelakang dan benar-benar berpatisipasi dalam G-20. Australia seharusnya bersifat pragmatis dan melihat G20 Sebagai sebuah loncatan awal untuk tujuannya dalam mewujudkan APC.
.
Area lainnya dimana KIA mampu menunjukkan eksistensi bersamanya adalah dalam evolusi perjanjian perdagangan bebas (FTA : Free trade Agreements) . Di Asia, Perjanjian Perdagangan bebas (FTA) sering terhalang karena peraturan negaranya. Australia dan Korea merupakan peserta yang aktif dalam usaha melakukan perdagangan bebas sedangkan Indonesia masih belum. ASEAN sendiri masih terhambat dalam usahanya membentuk zona perdangangan bebas di antara mereka. KIA mampu membuat langkah bersama untuk berkoordinasi dan mendesak untuk membentuk zona perdangan bebas yang lain yang lebih luas, misalkan ASEAN+6 – yang mana KIA bisa tergabung di dalamnya. Hal ini akan mampu mengganti perjanjian perdangangan bebas lainnya AFTA yang menurut Negara Asia merugikan mereka secara politik.

Korea Selatan Indonesia

Australia

Bisakah KIA betul-betul mempimpin Asia Pasifik?
Untuk menjawab itu, kita harus bertanya terlebih dahulu, apakah KIA mampu bersatu dan berkoordinasi. Usul PM Rudd untuk membentuk APC untuk menyatukan kekuatan-kekuatan besar di Asia Pasifik, sebenarnya mirip dengan ide KIA. Walaupun ide KIA sepertinya cukup menarik, tapi masih banyak masalah yang KIA dihadapi, termasuk menghadapi kekuatan Asia Pasifik lainnya, karena, bahkan pun jika mereka bersatu, KIA menyadari, bahwa masih sulit untuk berperan dalam meja negosiasi di regional Asia Pasifik.

Kita bisa mengutip dari tulisan Hugh White yang sangat luar biasa di situs ini dimana dia menyoroti kesulitan yang dihadapi oleh KIA dalam sebuah perkataan yang realistik :

‘The plain fact – unpalatable though it may be – is that Asia’s new order will be negotiated between its most powerful states, and the painful process of compromise and concession will be best done away from the glare of big meetings. In its most important aspects it will not be negotiated in any literal sense at all, but will emerge as each major power remodel their policy to meet emerging realities’.

KIA masih merupakan “mobil Kecil” jika dilihat dari segala aspek. Masih terbatas ruang untuk KIA untuk memberikan pengaruh dalam upaya integrasi multilateral Asia Pasifik dan terbentuknya hubungan kekuatan negara-negara besar. Seharusnya KIA bisa lebih efektif dan bisa menjadi alternative dalam menyemimbangkan kekuatan-kekuatan Negara besar lainnya seperti China, India, Jepang, dan Amerika Serikat. KIA juga bisa menjadi pemercepat kebangkitan kekuatan Asia Pasifik.
- Jonas Parello-Plesner

0 komentar:

Posting Komentar