Pada awalnya, Ketika Indonesia keluar dari OPEC tahun lalu, Saya berpikir Indonesia tidak akan lagi menjadi Negara pengeskpor minyak, karena saya pikir, logis saja, salah satu alasan Indonesia keluar dari OPEC adalah karena Indonesia hanya memproduksi minyak kurang dari 1 juta barel pertahun. Kemudian saya menjadi berpikir ulang, bahwa sebenarnya OPEC hanyalah kumpulan Negara-negara yang tamak, yang berusaha untuk mendominasi dengan mengontrol harga minyak bumi di seluruh dunia, dengan mengurangi produksi sehingga membuat harga minyak melambung tinggi
Kemudian saya mendapatkan berita terbaru tentang Pertamina, yang masuk 30 besar perusahaan minyak terbesar di dunia, yang membuat gebrakan baru. Walaupun tidak terlalu mengejutkan, tapi berita ini cukup menakjubkan. Berita ini saya dapat di situs www.BKPM.go.id
________________________________________
Jakarta, May 11, 2009 - State oil and gas company Pertamina plans to export 100,000 to 200,000 barrels of airplane fuel (avtur) in June as part of efforts to overcome overproduction. ANTARA News reported. Pertamina now produced 1.5 million to 1.6 million barrels of avtur per month, while domestic demand for the commodity was estimated at 1.3 million to 1.4 million barrels per month, acting chief of the company`s integrated supply chain Rusnaedy said here on Monday.
He said the company was exploring the possibility of selling avtur to Singapore, Malaysia, Thailand and China at market prices. The company was in the process of applying for permits from the Directorate General of Oil and gas at the Energy and Mineral Resources Ministry and the Trade Ministry to export the commodity, he said.
He said since March 2009 Pertamina had no longer imported avtur which reached an estimated 300,000 barrels per month. The domestic avtur production exceeds consumption as large quantities of kerosene are converted into jet fuel following the launch of the government-sponsored kerosene-to-gas conversion program.
0 komentar:
Posting Komentar